Berburu Rumah [Part I]

Beli rumah ternyata tidak semudah beli buku, barang2 elektronik, apalagi pisang goreng.. *ngaco* Banyak kriteria dan parameter yang harus kita perhatikan sebelum memutuskan, “Ya! Saya beli rumah ini” misalnya aja:

  • Luas Tanah/Luas Bangunan (LT/LB)
  • Sertifikasi rumah: SHM, SHGB, STHM, girik/adat, Surat Ijo (Pethok D) dll.
  • Lebar jalan depan rumah
  • Letak rumah (desa, kecamatan, kampung, perumahan)
  • Lingkungan rumah
  • Air tanah/PDAM
  • Bagaimana debit air PDAM dan Apakah PDAM sering terkena pemadaman
  • Listrik
  • Akses ke kota/tol
  • Udara sekitar rumah
  • Kemampuan beli, termasuk kemampuan cicilan KPR
  • Apakah akses menuju rumah dan lokasi rumah rentan banjir
  • dll

type-45-minim-her

Tak jarang juga ketika beberapa parameter yang teramat kita prioritaskan terpenuhi, masih juga terganjal masalah non kriteria.. Misalnya nih, saya pernah survey di sebuah rumah di daerah Bogangin, Gunungsari Surabaya. Secara umum saya, suami dan keluarga besar sudah “klik” dengan rumah itu.. Udah nego sana sini dan urus ini urus itu.. eh pas tinggal kirim uang sebagai ‘pengikat’ antara penjual dan pwmbeli (saya), mendadak si Empunya rumah nggak jadi jual rumah.

Atau pada pertama kali saya survey rumah di Perumahan Kebraon Indah Permai, Surabaya. Pada pandangan pertama, sebenernya saya & suami udah “klik” sama rumahnya. Dari segi lingkungan, akses ke tol maupun dalam kota Surabaya amat mudah dan jalannya lebar2. Kualitas PDAM pun tak perlu diragukan, airnya kenceng. Tak perlu tandon air, dalam setahun pemadaman paling cuman satu kali dengan durasi 1-2 jam. Kalau pun terjadi pemadaman, warga RT udah siapin sumur bor buat antisipasi. Kabarnya di RT tempat rumah itu dijual juga rukun, sering bikin event bersama. Misalnya Maulid, 17an, tahun baru dll di tengah jalan 😀

Naas, sewaktu mau bikin janji ketemuan buat nego harga lagi sama Si Empunya rumah, eh ybs-nya pergi ke luar kota mulu. Kalau kitanya bisa ybs nggak bisa, kalau ybs bisa, sayanya yg g bisa. Sempat kita berpikiran, “Kayaknya ini bukan jodoh kita deh. Secara sulit amat bikin janji ketemuannya”. Tak mau lekas menyerah, sekali lagi kita coba ngatur jadwal ketemuan, eh ternyata rumahnya udah laku. *sigh

bumisukoindah1

Survey rumah yang ke dua, di daerah Pagesangan, Surabaya. Deket dengan Masjid Agung Surabaya. Kita tahu infonya dari internet. Validasi kriteria rumah pertama bila cari di internet adalah sertifikat dan lebar jalan depan rumah. Televalidasi dengan penjual udah oke, saatnya survey. Bangunan sih oke punya cap Jempol. Lingkungan cukup oke, air oke, listrik oke, jalan juga oke. Pas mau pulang baru inget tanya sertifikat rumah. STHM! Sertifikat macam apa pula itu? Jadi daerah Pagesangan, Surabaya itu dulunya adalah sawah, lahan tidur yg tak berpemilik. Atau mungkin tidak jelas siapa pemiliknya! Lambat laun, lahan tak berpemilik itu dihuni oleh warga. Setelah berpuluh2 tahun, Munculah sengketa dengan Pemkot Surabaya. Pemkot bersikeras itu tanah milik Pemerintah, warga juga tak mau kalah. Akhirnya jadilah tanah sengketa hingga detik ini, warga Pagesangan masih terus memperjuangkan nasib mereka hingga ke MA untuk memenangkan kepemilikan tanah. Singkatnya, STHM itu ‘semacam’ SHM untuk pemilik rumah di tanah sengketa. *Hadeh

Setelah gagal melihat rumah di Pagesangan ini, kita coba fokus cari rumah baru. Keluar-masuk -keluar-masuk pameran perumahan hanya menghasilkan tumpukan brosur. Ujung2nya buat ganjel pintu kos. Hahahhaaa…

Beli rumah baru, di perumahan baru, yang akses masuk Surabaya itu hampir mustahil bagi saya dan suami. Why? 

  • Mahal! Perumahan baru di daerah Ketintang, tipe 42 saja harganya sudah 350jutaan. 
  • Ada sih yang baru dan lebih murah. Perumahan di daerah Medayu, Gunung Anyar. 200-300an juta udah dapet  rumah tipe 36-42. Naasnya, adalah itu daerah pantai. Lebih tepatnya hutan bakau yang direklamasi. Jangan tanya air, kondisi alam dan aksesnya yaa.. Big-Big No lah -_-” *ini buat saya yang g tahan panas dan kantong pas2an 😀
  • Mau lebih murah dengan janji kemudahan akses masuk Surabaya? Coba cek iklan perumahan di sekitar Menganti dan Driyorejo. Itu udah masuk Wilayah Gresik ya. Akses masuk Surabaya sekarang? nggak banget, udah jauh, macet, daerah sana panas membara. Maybe one day  Menganti-Driyorejo akan menjadi kota mandiri krn banyak perumahan baru di sana.

Okey, kita stop browsing rumah baru. Kembali fokus rumah bekas.

**bersambung

 

*Ditulis sesaat setelah survey rumah ke 6.

“Tetap Cemungudh Kakagg” ^^;

 

 

6 thoughts on “Berburu Rumah [Part I]

  1. Pingback: Berburu Rumah [Part II] | ~ FenOmena Petirr ~

Leave a comment